Pembentukan dan Pelatihan Konselor Sebaya SMAN 1 Garawangi
smagar. Kepala SMAN 1 Garawangi, Drs. H. Dedi Hidayat, M.M.Pd. melalui wakasek kurikulum, Drs. H. Ihsan Santosa, M.Pd.I. membuka kegiatan pembentukan dan pelatihan konselor sebaya tahun 2021, Sabtu, 27/11 yang diprakarsai guru Bimbingan Konseling (BK).
Ikhsan dalam sambutannya mengatakan bahwa peran guru BK sangat dominan dalam melayani siswa. Keterbatasan guru BK memerlukan strategi untuk tetap melayani siswa sebelum datang guru BK baru.
“Idealnya, guru BP/BK di sekolah kita ada 6 orang untuk melayani 1033 siswa. Selain ruangan yang refresentatif untuk memberikan pelayanan individu dan klasikal. Ruangan BK itu menyenangkan”, tegas Ikhsan.
” Kalian adalah siswa terpilih untuk menjadi konselor sebaya. Diharapkan mampu mendengar keluh kesah teman agar cepat tertangani dan mendapat solusi agar masalah terselesaikan”, tambahnya.
Drs. H. Yayat Iman Hikayat dalam laporannya mengatakan bahwa pembentukan konselor sebaya merupakan salah satu strategi yang digunakan guru BK untuk memaksimalkan pelayan kepada siswa.
Peserta sebanyak 40 orang yang terdiri atas 20 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan, merupakan perwakilan dari kelas X dan XI. Mereka bisa bekerja sama dengan guru BK, wali kelas, dan guru lain.
“Mereka bukan penasehat, bukan menegur teman tapi harus bisa dan siap memberikan telinganya untuk mendengar keluh kesah teman dan siap memberikan bahunya ketika teman butuh sandaran. Artinya, mereka harus siap membantu temannya yang sedang mendapat masalah. Dan tentu saja menghargai teman”, jelas Yayat.
Masih menurut Yayat, tujuan kegiatan adalah membentuk kelompok konselor sebaya di sekolah untuk membantu menyosialisasikan peran dan fungsi BK, meningkatkan kompetensi diri (pribadi yang positif) agar mampu menjadi konselor, dan membantu memecahkan permasalahan teman sebaya melalui kegiatan konseling.
Untuk memperkuat peran konselor sebaya. Peserta menerima 6 materi yang disampaikan 2 pemateri luar dan 4 pemateri intern yang kompeten di bidangnya.
Pemateri pertama, Drs. H. Ikhsan Santosa, M.Pd.I. menyampaikan remaja dan permasalahannya. Remaja umumnya mengalami pencarian jati diri. Adanya perubahan sosial menjadi masalah utama remaja. Masalah remaja masa kini adalah pertama kurannya kebutuhan figur teladan. Selanjutnya, mempunyai sikap apatis yaitu menolak sesuatu. Kemudian, kecemasan dan kurangnya harga diri. Dan ketidakmampuan untuk melibatkan diri.
Pemateri kedua, DR. Uhar Suhar Saputra, M.Pd. memaparkan menjadi siswa berkarakter pembelajar. Berkarakter yaitu memiliki sikap, keyakinan, dan kepribadian yang positif. Pembelajar adalah belajar seimbang dalam meningkatkan kemampuan. Siswa berkarakter pembelajar adalah siswa yang terus menerus mengubah diri menuju kematangan intelektual dan sosial.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berakhlaq mulia berkarakter/berbudaya untuk kepentingan bangsa. Kedua, menjadi lulusan yang menguasai IPTEK. Ketiga, mempersiapkan diri menjadi warga akademik dan masyarakat pembelajar dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat.
Siswa mempunyai kewajiban dan hak. Kewajiban siswa adalah belajar dan menjaga norma/etika. Hak pelajar adalah pertama menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan ketentuan waktu dan kurikulum. Kedua, mendapat layanan pendidikan.
Pemateri ketiga, Drs. Akhmad Sudrajat, M.Pd. menjelaskan perkembangan masa remaja. Masa remaja merupakan masa kritis. Motivasi agar tidak terjebak dalam zona pergaulan pertama dengan pemahaman diri. Kedua, belajar menerima diri sendiri dan memahami kekurangan diri. Ketiga, berusaha mengarahkan diri dan proses menjadi diri sendiri.
Pemateri keempat, Drs. H. Didi Rochyadi Hadiyat, M.Pd.I. membahas pemahaman konsep diri yang merupakan sikap, perasaan, pandangan individu tentang dirinya sendiri sebagai hasil interaksi dengan masyarakat yang meliputi fisik, psikologi, sosial, aspirasi, dan prestasi.
Manfaat menilai diri kita sendiri adalah untuk kita sendiri, untuk kemajuan diri kita, dan untuk memahami diri kita.
Pola konsep diri yang positif diantaranya adalah memiliki keyakinan bahwa ia mampu mengatasi masalah. Merasa setara dengan orang lain. Menerima pujian tanpa merasa malu atau bersalah. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai keinginan. Mengetahui dan menyadari kekurangan kita.
Pola konsep diri yang negatif diantaranya adalah peka kritik, responsif terhadap pujian, dan hiperkritis.
Pemateri kelima, H. Wiwin Winarsih, S.Pd. menguraikan konseling teman sebaya berupa syarat, fungsi, tugas, dan prinsip konselor sebaya
Meteri mengenal teknik-teknik dasar konseling diberikan lebih intens melalui grup WA konselor sebaya yang adminnya guru BK, Drs. H. Yayat Iman Hikayat. Dan dimanfaatkan untuk diskusi lebih lanjut.
Pelatihan konselor ini mendapat apresiasi baik peserta seperti yang diutarakan Aulia dan M. Rafli.
“Pelatihan konselor sebaya ini cukup melelahkan juga, padahal hanya sekedar mendengarkan materi dan mencatat. Namun materi yang disampaikan sangat bermanfaat. Kita bisa mengetahui bagaimana menjadi siswa yang berkarakter pembelajar, perkembangan masa remaja yang baik itu seperti apa, cara memahami diri kita itu seperti apa sebelum memahami orang lain, dan banyak pelajaran yang dapat diambil”, ujar Aulia
Senada dengan yang dikatakan M.Rafli.
“Pelatihan konselor sebaya membantu dan membangun generasi muda untuk lebih baik dalam hal sosial. Kedua, membangun karakter peserta untuk berprestasi”, ucapnya. (Yuniawati-Ade)