Kepentingan Jerman Dengan Uni Soviet Di Ukraina Dalam Perang Dunia 2 Tahun 1941-1944
oleh : Yofa Fadillah Hikmah, S.Pd
Dalam membahas mengenai geopolitik suatu wilayah terdapat beberapa unsur didalamnya yang dapat menjadi objek dalam membentuk geopolitik itu sendiri, menurut Hayati dan Yani dalam bukunya (2007, hlm. 13) menyebutkan bahwa “dalam studi geografi politik, negara adalah political region dan politically organized areas yang di dalamnya mempelajari relasi antara kehidupan dan aktifitas politik dengan kondisi-kondisi alam suatu negara”. Bila melihat dari kutipan diatas bahwa geopolitik merupakan studi tentang hubungan politik dengan kondisi alam maka objeknya seperti mengenai lokasi, luas dan bentuk wilayah suatu negara yang merupakan hal utama dalam geopolitik, lalu faktor selanjutnya adalah penduduk dan sumber daya alam yang merupkan dua hal yang dapat membentuk kekuatan sebuah wilayah atau negara.
Ukraina merupakan salah satu negara bagian dari Uni Soviet, berbatasan langsung dengan Rusia di sebelah timur, dengan Laut Hitam dan Laut Azov di sebelah Selatan,berbatasan dengan Belarus di sebelah Utara, dan di sebelah barat berbatasan dengan Polandia, Rumania dan Moldova. Dengan luas sekitar 603.700 km menjadikan Ukraina sebagai negara terluas kedua setelah Rusia di wilayah Eropa. Penduduk Ukraina juga dapat di bilang majemuk karena di sana terdapat banyak etnis yang tinggal. Seperti penduduk asli Ukraina yang mendominasi tentu saja, ada juga etnis Rusia, Yahudi, Jerman yang merupakan etnis terbesar selanjutnya. Faktor penduduk ini pula yang menjadi salah satu kepentingan Jerman dan Uni Soviet di Ukraina nantinya ketika terjadi pertempuran di wilayah Ukraina.
Kondisi tanah Ukraina terkenal subur sehingga mendapat julukan sebagai “keranjang roti”, “For centuries Ukraine’s most valuable resource was the large “black-earth” belt of humus-rich soil in the Dnipro basin” (Yekelchyk, 2015 hlm. 12) karena tanah di Ukraina sebagian besar merupakan tanah hitam yang subur menjadikan Ukraina memiliki keunggulan di sektor pertanian. Itulah mengapa sektor tersebut menjadi andalan bagi Ukraina. hal tersebut di dukung pula oleh bentang alam yang terdapat di wilayah Ukraina, sebagian besar bentang alam di Ukraina di dominasi oleh dataran rendah dan padang rumput yang luas dengan sedikit dataran tinggi dan pegunungan. Hal inilah yang membuat tanah Ukraina cocok untuk dijadikan lahan pertanian dan industri lain di samping kondisi bentang alam yang seperti itu memiliki kelemahan jika mendapat serangan dari luar, hasil pertanian yang menjadi andalan Ukraina adalah gandum, gula, barley dan sayuran. Sedangkan untuk industri beratnya di Ukraina terdapat pabrik mesin, dan pengolahan sumber daya mineral.
Examples included the Dniprohes hydroelectric dam (Europe’s largest) on the lower Dnieper, the giant Kharkiv tractor factory, and steel mills in Zaporizhzhe and Kryvyi Rih. The Donbass region remained a center for coal mining. By 1932, Ukraine supplied more than 70% of the Soviet Union’s coal, iron ore, and pig iron (Kubicek, 2008 hlm. 101)
Dalam kajian geografi kondisi suatu negara akan mempengaruhi kehidupan manusia yang ada di wilayah tersebut sedangkan dalam politik, kondisi geografi akan menentukan arah kebijakan negara sehingga dapat sesuai dengan apa yang dibutuhkan, sehingga dalam hal kondisi geografis suatu negara akan dapat dilihat dari berbagai sudut yang nantinya akan menjadi satu, seperti geografi dengan politik. Seperti Hayati dan Yani (2007, hlm. 9) mengemukakan bahwa”…kondisi fisik alamiah dirancang untuk melayani manusia dengan baik dan tugas manusia adalah memilih tindakan yang selaras dengan apa yang diberikan oleh alam”. Jadi kondisi alam suatu negara akan menentukan kebijakan atau arah politik negara tersebut.
Di dalam sebuah masyarakat pasti terdapat konflik kepentingan, dan dalam skala lebih besar negara pun mempunyai hal tersebut, kepentingan sebuah negara dalam pembahasan ini tercermin dalam kebijakan politik luar negerinya, dari sana dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan kepentingan suatu negara harus dilihat dalam politik, ekonomi dan kultural. Kebijakan Geopolitik yang dianut Jerman bersifat ekspansif dan determinis, karena mereka membutuhkan wilayah baru untuk diduduki dan karena kebijakan Jerman bersifat rasial sehingga mereka ingin mempersatukan orang-orang yang tinggal di negara lain untuk disatukan dan kepentingan ekonomi Jerman juga muncul karena mereka mengincar negara yang secara ekonomi dianggap menguntungkan bagi mereka. Ukraina memiliki hal-hal yang diinginkan oleh Jerman dalam Perang Dunia II untuk itulah Ukraina diduduki oleh Jerman.
Kebijakan Jerman yang seperti itu dipengaruhi oleh situasi yang ada di Jerman sendiri, keadaan Jerman sebelum Perang Dunia II berlangsung berada dalam kondisi yang sulit karena imbas dari kekalahan mereka pada Perang Dunia I yang mengakibatkan mereka harus menandatangani perjanjian dengan sekutu yang isinya dianggap memberatkan pihak Jerman. Dalam kondisi seperti itu mereka mencoba untuk bangkit dan mencoba untuk menjadi salah satu negara yang kuat seperti halnya Amerika Serikat, dengan ambisi yang di usung oleh pemimpin mereka yaitu Hitler, Jerman mencoba untuk mewujudkan hal tersebut. Dalam keadaan seperti itu mendorong para negarawan, sarjana dan pemimpin militer untuk menyelidiki kehancuran Jerman pada Perang Dunia I dan tahun-tahun setelah itu, salah satunya adalah mempelajari tentang geografi politik yang pernah diajarkan oleh Ratzel dan Kjellen, konsep dari Ratzel yang menyatakan bahwa negara mewujudkan suatu organisme dan dikembangkan lebih lanjut oleh Kjellen dan Haushofer menjadi penawar bagi Jerman untuk kembali bangkit dari keterpurukan sesudah Perang Dunia I. (Daldjoeni, 1991 hlm. 5)
Menurut Ratzel dalam buku Hayati dan Yani (2007, hlm 10) menyatakan bahwa “negara merupakan Organic State yang mengalami perkembangan dan pertumbuhan seperti halnya mahkluk hidup yang tergantung dari faktor-faktor geografis. Karena setiap makhluk hidup ia membutuhkan ruang hidup dan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya ia harus perjuangan untuk mendapatkan dan memperuas ruang hidupnya”. Pandangan dari Ratzel inilah yang kemudian ditambah dari pemikiran Haushofer yang menjadi kebijakan geopolitik Jerman pada Perang Dunia II atau lebih dikenal sebagai doktrin lebensraum (ruang hidup).
Jerman juga menganut kebijakan rasial yang menganggap bahwa orang keturunan Jerman atau arya merupakan keturunan yang paling unggul diantara ras atau etnis lain, maka dari itu sudah sepatutnya Jermanlah yang seharusnya menjadi pemimpin bukan negara lain, kebijakan rasial ini ditambah dengan kebijakan ekspansif menjadi alasan Jerman dalam menerapkan kebijakan geopilitiknya. Keinginan Hitler adalah untuk mempersatukan orang-orang keturunan Jerman sehingga negara yang dianggap oleh dia sebangsa dengan Jerman menjadi incaran dan akan dikuasainya, seperti halnya alasan Hitler ketika menyerang Cekoslovakia dan Polandia karena menurutnya terdapat minoritas Jerman di kedua wilayah tersebut dan jika dalih ini dipakai juga kepada Ukraina maka memang benar jika di wilayah tersebut pada saat itu terdapat sekitar 300 ribu orang keturunan Jerman di sana. Dalam buku Taylor (1961, hlm. 8) “These were indeed .a blue print for aggression. or, as the professor called them, a grasp at world power: Belgium under German control; the French iron-fields annexed to Germany; the Ukraine to become German; and, what is more, Poland and the Ukraine to be cleared of their inhabitants and to be resettled with Germans”.
Ukraina bagi Jerman memiliki sebuah arti selama Perang Dunia II, salah satunya adalah merupakan wilayah yang akan dijadikan sebagai bagian dari bangsa Jerman karena tujuan geopolitik Jerman adalah untuk dapat mengatasi kekurangan wilayah atau lebensraum, yang dari awal memang berencana untuk dapat menaklukan wilayah Uni Soviet salah satunya Ukraina yang disebut akan ditaklukan kemudian akan dikosongkan dari penduduknya sehingga dapat ditempati oleh orang-orang Jerman. Ini adalah pelaksanaan dari teori lebensraum yang dicanangkan oleh Hitler dan ini menjadikan Ukraina memiliki arti penting dari segi geopolitik bagi Jerman. Dalam kebijakan geopolitiknya itu, Jerman karena dalam rencananya untuk mempersatukan orang keturunan Jerman merasa penduduknya terlalu banyak jika ditempatkan dalam wilayah Jerman yang sekarang, maka mereka mencari jalan keluar dengan melakukan ekspansi, seperti Djaldjoeni dalam bukunya (1991 hlm. 91) “…kepadatan penduduk yang luar biasa (overcrowding) di negara-negara kuat (misalnya Jerman dan Jepang) menciptakan nafsu pada negara yang bersangkutan untuk berekspansi secara territorial sehingga mendorong peperangan lawan negara-negara tetangga.” Bila nanti rencana ini berhasil orang-orang keturunan Jerman akan menempati tanah Ukraina karena dalam teori lebensraum disebutkan bahwa pertumbuhan penduduk harus sebanding dengan wilayah negara yang dimiliki, maka dari itu Hitler membutuhkan tanah yang nantinya akan bisa diisi oleh orang-orang keturunan Jerman, dan pilihannya yang menurutnya cocok adalah wilayah Eropa Timur, “…rakyat jerman membutuhkan lebensraum atau ruang hidup berupa tanah dan bahan-bahan mentah yang keduanya bisa didapat di wilayah timur” (Srivanto, 2007 hlm. 129).
Ketika akhirnya Jerman menyerang Uni Soviet pada Operasi Barbarossa 1941, terdapat 3 jalur dalam penyerangan tersebut, salah satu jalur tersebut bertujuan untuk menduduki Ukraina. Geopolitik Jerman di Ukraina bertambah dengan penyerangan tersebut, alasannya karena Ukraina merupakan daerah penyangga Uni Soviet atau daerah terluar dan penghubung antara Uni Soviet dengan negara lain, oleh karena itu Ukraina bagi Hitler harus diserang terlebih dahulu sebelum masuk lebih dalam atau masuk ke wilayah Rusia. Hitler menginginkan wilayah Ukraina untuk dikuasai terlebih dahulu sebelum menyerang ke Moskow karena menurutnya akan menguntungkan jika Jerman dapat memiliki Ukraina untuk kepentingan peperangan, dengan dikuasainya Ukraina akan dapat membantu tenaga perang jerman karena Ukraina kaya akan sumber daya alamnya, contohnya dalam pertanian yang nantinya akan dapat menyuplai kebutuhan makanan bagi serdadu Jerman. “The invasion was, after all, designed to seize vast agricultural land for future settlement by German farmers“. (Castano, 1997 hlm. 8) penyerangan ini meski bersifat politis namun ternyata juga mangandung unsur ekonomis yang cukup besar. Hitler sendiri berkata “Jenderal-jenderalku tidak memahami segi ekonomi suatu peperangan” (Ojong, 2003 hlm. 361). Karena tekad Hitler yang sudah bulat dan tak bisa diperdebatkan lagi maka pilihan jatuh kepada kota Kiev harus ditaklukan terlebih dahulu sebelum menyerang Moskow.
Penyerangan Jerman ke Eropa Timur yang disebut dengan “beramai-ramai ke arah timur” atau Drang nach Osten diharapkan mampu untuk meminimalisir jarak antara Jerman dengan Uni Soviet.. Hal ini berkaitan dengan akses atau keterjangkauan, karena Uni Soviet merupakan sebuah wilayah yang sangat besar maka akan sangat sulit siapapun yang menyerang Uni Soviet akan berhasil menaklukan wilayah tersebut dengan strategi seadanya, dibutuhkan taktik yang baik untuk menaklukan wilayah ini. Jika dilihat letak Ukraina berada dalam wilayah terluar dari Uni Soviet untuk berbatasan dengan negara lain di dataran Eropa, maka Ukraina yang secara geopolitik merupakan wilayah penghalang pertama jika ada musuh yang berniat masuk ke Uni soviet, daerah seperti ini kerap disebut sebagai buffer zone atau daerah penghalang, dan Ukraina merupakan daerah buffer tersebut, maka untuk masuk ke Uni Soviet wilayah Ukraina harus ditaklukan terlebih dahulu sehingga akan memudahkan pasukan Jerman untuk menguasai Uni Soviet secara keseluruhan. Kesimpulannya adalah menguasai Ukraina merupakan langkah awal Jerman untuk menguasai wilayah yang lebih besar yaitu keseluruhan wilayah Uni Soviet.
Pertempuran di Front Timur yang luas juga membuat Jerman memerlukan wilayah untuk dijadikan basis militer, panjangnya wilayah Uni Soviet membuat Jerman berpikir untuk menduduki wilayah Ukraina terlebih dahulu demi kepentingan perang, dalam hal ini Ukraina selain dijadikan basis militer namun juga dijadikan sebagai jalur logistik mengingat luasnya wilayah Uni Soviet. Selain itu menduduki Ukraina juga bertujuan untuk melemahkan Uni Soviet secara ekonomi, sudah dijelaskan diatas bahwa Ukraina menyumbang sebagian besar sektor agrikultural untuk Uni Soviet ditambah banyaknya pabrik industri yang terdapat di Ukraina diharapkan akan membuat Uni Soviet setidaknya melemah dengan dikuasainya Ukraina oleh Jerman.
Sebenarnya ada cara mudah bagi Hitler untuk mengajak para penduduk Ukraina bersatu melawan Uni Soviet karena pada dasarnya sebagian penduduk Ukraina sudah menginginkan hal tersebut, namun apa daya kateguhan hati Hitler untuk tetap memegang erat kebijakan determinisnya membuat dia enggan untuk menjadikan penduduk Ukraina sebagai mitra. Sudah dijelaskan diatas bahwa Hitler merupakan seorang yang berpikiran rasis, tujuannya datang ke wilayah Ukraina bukan untuk menjadikan penduduk setempat sebagai teman namun ingin menjadikan mereka budak, hal ini dikarenakan bangsa Jerman dianggap superior dibanding bangsa Slavia yang merupakan ras mayoritas penduduk Ukraina. Hingga akhirnya sudah jelas, penduduk Ukraina yang awalnya mengira mereka akan terbebas dari penderitaan yang Uni Soviet berikan selama ini kepada mereka dengan kedatangan Jerman menjadi musnah dalam sekejap ketika mereka berada dalam pendudukan Jerman. Hal inilah dicetuskan oleh Dahrendorf yang menyebutkan bahwa masyarakat memiliki dua wajah, wajah konflik dan wajah konsensus, wajah konflik akan terlihat apabila ada tekanan konflik kepentingan dalam masyarakat dan wajah konsensus terlihat ketika nilai integrasi dalam masyarakat mulai terganggu. Selain itu terdapat pula gagasan dari Lewis Coser yang menyatakan bahwa suatu kelompok atau masyarakat yang pada awalnya bertentangan namun jika mereka sudah memiliki musuh yang sama akan membuat kelompok tersebut menjadi terintegrasi dan bersatu untuk melawan musuh bersamanya tersebut. (Ritzer dan Goodman, 2007, hlm. 153-154).
Bagi Uni Soviet sendiri Ukraina berarti banyak, secara historis pun Uni Soviet dalam hal ini Rusia memiliki ikatan yang erat karena sudah lama Ukraina berada dalam pengaruh Rusia sehingga Rusia sendiri menyebut Ukraina sebagai saudara kecil dan menganggap bahwa antara Rusia dan Ukraina satu saudara karena nenek moyang yang sama. Sehingga ketika Ukraina diserang oleh Jerman Uni Soviet pun tidak tinggal diam karena sudah merusak kedaulatan Uni Soviet.
Letak geografis Ukraina yang berada tepat disebelah barat Rusia yang menjadikan Ukraina sebagai penghubung Uni Soviet dengan Eropa Tengah dan Barat. Wilayah Ukraina selain untuk penghubung dengan negara Eropa Tengah dan Barat juga sebagai daerah penghalang ketika ada suatu negara yang menyerang wilayahnya, sudah dijelaskan diatas alasan secara geografi kenapa Jerman bertekad untuk menguasai Ukraina itu karena wilayah ini adalah sebuah wilayah yang menjadi buffer zone sehingga untuk masuk ke Rusia akan melalui Ukraina terlebih dahulu. Karena statusnya sebagai negara penyangga, Ukraina disamping Polandia menjadi wilayah yang memiliki nilai strategis bagi Jerman dan Uni Soviet. Sedangkan untuk Uni Soviet sendiri berarti Ukraina merupakan wilayah yang menjadi wilayah pertama untuk mengamankan wilayah yang berada lebih di dalam. Maka dari itu Ukraina menjadi strategi Uni Soviet dalam kebijakan geopolitiknya yang disebut dalam istilah geopolitik yaitu kebijakan “A Forward Defense Zone, usaha untuk membentuk suatu garis pertahanan jauh ke depan yang didasarkan pada prinsip kemandirian menghadapi serangan dari luar yang bisa muncul” (Trisnawati, 2014 hlm. 60). Dengan kebijakan ini Uni Soviet mengharapkan keamanan berbasis kawasan dalam hal ini kawasan Eropa Timur, dengan hal tersebut maka akan tercipta keamanan regional dan dapat saling membantu bila ada musuh yang menyerang dari luar.
Faktor letak menjadi salah satu faktor utama dalam menentukan penting tidaknya wilayah Ukraina bagi Uni Soviet, letak atau lokasi berarti dilihat dalam hubungannya dengan lintang dan bujur astronomi juga hubungannya dengan darat dan lautan dan lebih spesifiknya seperti sulit mudahnya letak negara tersebut dicapai, dalam hal ini mengandung karena hal ini dapat menjadi acuan strategis atau tidaknya wilayah itu bagi negara yang berkepentingan disini dan itu dapat menjadi suatu keuntungan. Adapun yang termasuk dalam strategis disini adalah secara wilyah yang strategis, militer, politis dan ekonomis. (Daldjoeni, 1991 hlm. 90).
Ukraina dengan letaknya yang menjadi penghubung Uni Soviet dengan negara Eropa lain menjadi salah satu faktor geopolitik yang menguntungkan bagi Uni Soviet, selain itu ada hal lain yang menjadikan Ukraina penting bagi Uni Soviet, yaitu Laut Hitam. Ukraina menjadi penting dalam hal ini karena Uni Soviet menjalankan kebijakan yang bertujuan mencari lautan, dalam hal ini lautan yang tidak terganggu oleh musim dingin, maksudnya karena umumnya laut di Uni Soviet itu akan beku selama musim dingin sehingga lautan itu menjadi tidak produktif karena tidak dapat digunakan. Oleh karena itu kebijakan mencari lautan atau politik air hangat ini memacu untuk melakukan ekspansi Uni Soviet ke Laut Hitam disamping lautan lain. Laut Hitam ini terletak di negara Ukraina yang menjadi tetangganya, sehingga letak Ukraina yang menghadap langsung kearah Laut Hitam sangat diminati oleh Uni Soviet karena Laut Hitam tidak terganggu oleh musim dingin seperti halnya lautan yang ada di Uni Soviet. Seperti dalam buku Hidayat dan Mardiyono (1983 hlm. 60) “Suatu negara dapatlah mempertahankan dirinya bila ia mempunyai Angkatan Laut yang kuat. Kekuatan laut merupakan kekuatan yang vital bagi negara tersebut berarti ia mempunyai kekuatan yang vital untuk menjaga pertumbuhaan, kemakmuran dan keamanan Nasional”.
Uni Soviet membutuhkan Ukraina yang memiliki perbatasan langsung dengan Laut Hitam, dengan wilayah yang strategis itu maka daerah Crimea dijadikan daerah otonomi yang langsung bertanggung jawab ke Moskow namun semenjak diduduki Jerman daerah Crimea bergabung menjadi bagian Ukraina. bagi Uni Soviet akses menuju laut yang produktif sangat penting artinya karena selain untuk memperkuat angkatan laut dan menjaga keamanan negara dengan angkatan laut yang kuat pula dapat menguasai samudera dan lautan dunia. Menurut Mahan ada enam faktor agar negara tersebut menjadi sea power yaitu: letak geografis dari negara, tata letak alami negara yang bersangkutan, cakupan wilayah, banyaknya penduduk, watak nasional, politik kenegaraan. Dalam hal ini secara letak geografis Ukraina yang memiliki akses ke Laut Hitam, pelabuhan di Lut Hitam bersifat alami yang mudah dijangkau oleh Uni Soviet sehingga menguntungkan angkatan lautnya, lalu untuk cakupan wilayah berhubungan dengan mudah tidaknya daerah itu diserang oleh musuh selama masa perang dapat dilihat selama upaya Jerman menaklukan Ukraina, daerah Crimea merupakan daerah yang terakhir dapat ditaklukan Jerman di dataran Ukraina, makin banyak penduduk maka semakin baik pula karena dijadikan sebagai sumber daya manusia, watak nasional dilihat dari hubungan suatu negara dan kecintaan terhadap tanah air lalu yang terakhir berhubungan dengan kebijakan pemerintah dan sikap terhadap negara tetangga. (Daldjoeni, 1991, hlm. 177-178)
Hal diatas terjadi karena memang karakteristik dari geopolitik negara-negara di Eropa Timur adalah usaha untuk memperoleh sebanyak-banyaknya jalan menuju laut, terutama pelabuhan-pelabuhan yang tidak terganggu oleh musim dingin dan dapat tetap terbuka selam musim dingin. Selain itu juga mereka mencari cara agar tidak dapat mudah ditembus dan dikuasai oleh negara-negara yang datangnya dari daerah barat. Karena di wilayah Eropa Timur negara yang terkuat adalah Rusia yang merupakan pusat dari Uni Soviet dan karena negara-negara di Eropa Timur umumnya berada dalam pengaruh Rusia maka seperti dijelaskan diatas bahwa Rusia menjalankan politik air hangat di sekitar Eropa Timur. Sedangkan negara-negara Eropa Timur seperti Ukraina dijadikan tameng atau benteng oleh Uni Soviet untuk menghalau musuh dari arah barat. (Hidayat dan Mardiyono, 1983 hlm 43).
Faktor banyaknya etnis Rusia yang tinggal di daerah Ukraina juga membuat Uni Soviet ingin menyelamatkan mereka, apalagi dari sekitar 5 juta etnis Rusia di Ukraina, sekitar 1,3 juta berada di daerah Crimea, yang menjadikan etnis Rusia di daerah tersebut menjadi mayoritas penduduk. Karena itu daerah Crimea lebih bersifat Rusia daripada Ukraina karena dengan mayoritas penduduknya yang beretnis Rusia maka secara kultural pun lebih menyerupai Rusia dibanding Ukraina, hal ini dapat terjadi karena pada saat sebelum Jerman menduduki menduduki Ukraina, Crimea merupakan daerah otonomi sehingga banyak orang Rusia disana namun semenjak diduduki oleh Jerman daerah Crimea menjadi masuk ke Ukraina dalam Reichskommisariat Ukraine.
Kepentingan-kepentingan geopolitik Uni Soviet seperti yang telah dijelaskan diatas membuat mereka tidak ingin melepaskan Ukraina kepada pihak lain, oleh karena itu ketika Ukraina diduduki oleh Jerman, pihak Uni Soviet mencoba merebutnya kembali dengan sekuat tenaga. Berawal pada tahun 1943 ketika mereka mengalahkan Jerman dalam pertempuran Stalingrad membuat perang ini dalam keadaan titik baliknya, banyak kota di Ukraina dapat direbut pada 1943 termasuk ibukota Kiev hingga Gerak maju pasukan Uni Soviet semakin tidak terbendung, terhitung pada bulan Juli 1944 mereka berhasil merebut kota Odessa, pada 10 Mei dapat merebut semenanjung Crimea dan Sevastopol, bulan Juli mereka telah sampai di daerah Galicia, pada 26 Juli berhasil merebut kota Lviv dan pada bulan Oktober Transcarpathia dapat dikuasai oleh pasukan Uni Soviet. Dengan ini seluruh wilayah Ukraina telah berhasil direbut kembali dan terbebas dari Jerman dan rencana kebijakan geopolitik Jerman yang mengalami kegagalan, geopolitik Uni Soviet dan Ukraina yang sempat bermasalah sekarang kembali seperti semula. (Natkiel, 1985 hlm. 160)
DAFTAR PUSTAKA
Castano, V. J. (1997). The Failure of Operation Barbarossa: Truth versus Fiction. A Thesis the Chancellor’s Scholars Council of the University of North Carolina.
Daldjoeni, N. (1991). Dasar-dasar Geografi Politik. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Terjemahan Nugroho Susanto. Jakarta: Yayasan Penerbit UI.
Hayati, S dan Yani, A. (2007). Geografi Politik. Bandung: PT Refika Aditama
Hidayat, I dan Mardiyono. (1983). Geopolitik. Surabaya: Usaha Nasional.
Kubicek, P. (2008). The History Of Ukraine. London: Greenwood Press.
Natkiel, R. (2000). Atlas of World War II. China: Barnes & Noble Books
Ojong, P. K. (2005). Perang Eropa Jilid I. Jakarta: Buku Kompas.
Ritzer, G dan Goodman, D. J. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Srivanto, F. R. (2007). Das Panzer: Strategi dan Taktik Lapis Baja Jerman. Yogyakarta: Narasi
Taylor, A.J.P. (1961). The Origins Of The Second World War. United Kingdom: Hamish Hamilton.
Trisnawati, Y. (2014). “Penempatan Pasukan Militer Amerika Serikat Di Australia”. Ilmu Hubungan Internasional. 2, (1), 59-70.
Yekelchyk, S. (2015). The Conflict In Ukraine. New York: Oxford University Press.